foto

Rabu, 14 Mei 2014

Struktur Organisasi


Profil & Struktur Organisasi




KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN PROPINSI JAWA TIMUR
  1. Dinas Peternakan merupakan unsur pelaksana Pemerintah Propinsi Jawa Timur di bidang peternakan dan kesehatan hewan
  2. Dinas Peternakan dipimpin oleh Kepala Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah
  3. Dinas Peternakan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan disentralisasi dan tugas dekonsentrasi dibidang peternakan dan kesehatan hewan
  4. Dinas Peternakan mempunyai fungsi :
  • penyusunan perencanaan dalam pembangunan dibidang peternakan dan kesehatan hewan
  • pelaksanaan pembinaan umum dibidang peternakan dan kesehatan hewan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur
  • pengolahan data dan pengembangan serta penerapan teknologi tepat guna peternakan dan kesehatan hewan
  • pelaksanaan bimbingan teknis dibidang peternakan dan kesehatan hewan
  • pelaksanaan pemberian ijin dan pembinaan usaha sesuai dengan tugasnya
  • pelaksanaan bimbingan penyuluhan
  • pelaksanaan pengkajian penerapan teknologi anjuran di tingkat usaha tani
  • pelaksanaan pengelolaan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).


Video Pembuatan Ampas Tahu Terfermentasi


Video Pembuatan Ampas Tahu Terfermentasi



Video pembuatan pelet


Foto-Foto Proses Fementasi Ampas Tahu dan Proses Peleting










Statistik Populasi Kelinci di Indonesia

Berdasarkan data Statistik Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian Republik Indonesia tahun 2014 bahwa Populasi Ternak Kelinci di Indonesia mulai tahun 2009-1013 disajikan dalam bentuk diagram batang berikut : ( dalam bentuk ribuan)


Pengolahan Pakan

Ada beberapa pengolahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecernaan potensial serat kasar limbah pertanian. Peningkatan kuantitas bagian yang dapat dicerna pada pakan yang berkualitas rendah dapat dilakukan yakni :
1.      Melalui proses kimia

Proses kimia ini biasanya dengan menambahkan bahan kimia seperti solvent. Hal ini untuk merombak bahan pakan agar memudahkan pencernaan oleh ternak.
2.      Fisik
Menurut Fazaeli et al (2004) bahwa perlakuan fisik berupa pemotongan, penggilingan, pelleting, penghancuran, dan lain-lain. perlakuan fisik pada bahan pakan berserat tinggi bertujuan untuk merombak struktur fisik bahan dan memecah matriks karbohidrat penyusun dinding sel. Perlakuan secara fisik dapat juga digunakan dalam pengawetan dan atau menghilangkan kandungan antinutrisi bahan. Penggilingan, pengeringan, pemotongan, pengukusan, perendaman dan pembuatan pellet merupakan bebrapa contoh perlakuan secara fisik yang dapat ditetapkan pada bahan asli limbah.
3.      Biologis.
Perlakuan biologi ini biasanya dengan menggunakan bantuan mikroorganisme seperti jamur, bakteri, kapang, khamir dan lain-lain. Perlakuan biologis ini lah satunya yakni dengan cara fermentasi.

Proses fermentasi pada substrat pakan akan menghasilkan nilai gizi yang lebih baik karena adanya aktivitas mikroba yang katabolik dan menghasilkan enzim untuk merubah komponen pakan kompleks menjadi bentuk sederhana. Proses fermentasi suatu bahan pakan dapat diartikan sebagai proses biokimia yang menghasilkan energi, komponen organik bertindak sebagai penerima elektron .( Brown et al , 2003)
 

Selasa, 13 Mei 2014

Fermentasi Ampas Tahu

  Proses Fermentasi Ampas Tahu

Teknologi fermentasi dapat meningkatkan kualitas dari bahan pakan khususnya yang memiliki serat kasar tinggi dan anti nutrisi. Fermentasi dapat meningkatkan kecernaan bahan pakan, melalui penyederhanaan zat yang terkandung dalam bahan pakan oleh enzim-enzim yang diproduksi oleh fermentor (mikroba). Fermentor yang dipakai dalam proses fermentasi ada beberapa macam, salah satunya adalah  dari ragi tempe yang mengandung kapang jenis Neurospora sp.


Dibawah ini tabel kandungan nutrisi ampas tahu sebelum di fermentasi .(Lestari, 2000)
Ternyata menurut Mahfudz (2006) bahwa setelah difermentasi dengan ragi tempe, kandungan nutrisi ampas tahu mengalami peningkatan. 
 

Proses pembuatan fermentasi ampas tahu akan disajikan dalam bentuk diagram berikut: (Mahfudz, 2006) :

Pelleting

Proses Peleting Pakan Kelinci
Pelet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa daei bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat keambaan pakan. Evi (2012) menjelaskan bahwa pengolahan pakan dalam bentuk pelet ini juga lebih menguntungkan dibandingkan dengan bentuk lain, diantaranya dapat meningkatkan konsumsi, efisiensi pakan, meningkatkan kadar energi metabolis pakan, membunuh bakteri patogen, menurunkan jumlah pakan yang tercecer, memperpanjang lama penyimpanan, menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi pakan dan mencegah oksidasi vitamin. Akan tetapi ada beberapa keterbatasan dalam peleting ini diantaranya bilapemanasan terlalu tinggi, maka  dapat merusak protein an asam-asam amino juga bila tidak ditambah antioksidan dapat merusak vitamin A, E dan K.
Ada dua cara yang dapat ditempuh dalam pembuatan pakan berbentuk pelet kelinci, yaitu secara manual dan atau dengan menggunakan mesin (feedmill). Pembuatan pakan secara manual dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang sederhana. Alat yang dipergunakan adalah sekop (paddle) atau drum yang dirancang dengan mengunakan prinsip kerja mixer
Cara yang kedua dengan menggunakan mesin. Mesin pembuat pakan ini terdiri atas mesin-mesin penggiling (hammer mill), mesin penimbang (weigher), mesin pemusing (cyclone), mesin pengangkat/pemindah bahan (auger, elevator), mesin penghembus (blower), mesin pencampur (mixer), dan mesin pembuat pelet. Untuk pembuatan pelet menggunakan alat blower, boiler, mash bin, cooler, die, screw conveyor, mixer, vibrator dan transporter.
Umumnya proses pengolahan pelet terdiri dari 3 tahap, yaitu :
1.    Pengolahan pendahuluan meliputi pencacahan dan penghancuran menjadi tepung
2.    Pembuatan pelet meliputi pencetakan, pendinginan dan pengeringan

3.    Perlakuan akhir meliputi pengemasan (pengepakan) dan penggudangan.

Wilayah Sasaran


        Desa Bumiaji merupakan salah satu desa yang terdapat di kecamatan Bumiaji kota Batu, Jawa Timur. Daerah ini terletak di sebelah utara pusat kota Batu, atau sekitar 10 menit dari alun-alun kota Batu. Berada pada ketinggian 680-1200 meter dari permukaan air laut dengan suhu rata-rata 15º-19º celcius. Faktor ini menyebabkan Desa Bumiaji merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan ternak kelinci.

Selama ini produksi kelinci di Desa Bumiaji hanya dimanfaatkan sebagai kelinci hias. Kelinci hias dari daerah ini dipasarkan di tempat-tempat pariwisata disekitar kota Batu, seperti Jatimpark 1 dan Jatimpark 2, Sengkaling, Songgoriti, BNS, Alun-Alun Batu, hingga ada juga yang dijual keluar daerah seperti Probolinggo, Pasuruan, Mojokerto, Bangka Belitung, serta Lampung. Usia kelinci yang dijual sebagai kelinci hias biasanya antara usia 6-8 minggu, sehingga pertahanan tubuh dapat terjaga selama perjalanan ketempat pemasaran. Potensi utama ternak kelinci dalam mewujudkan suatu usaha agroindustri adalah kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang biak dengan cepat, baik melalui pola usaha skala rumah tangga maupun skala industri. Selain itu, kelinci juga menghasikan berbagai ragam produk bermutu yang dibutuhkan pasar.

Latar Belakang


Kementerian Pertanian mengungkapkan kebutuhan daging sapi nasional pada tahun 2014 diperkirakan akan mengalami kenaikan sekitar 6% dibandingkan dengan tahun 2013 yakni dari 549.000 ton yaitu menjadi 560.000 ton pada tahun 2014. Kenaikan kebutuhan daging nasional ini diakibatkan adanya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia, United Nations Development Programme pada tahun 2013 telah mencatat Indeks Pembangunan Manusia Indonesia pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang awalnya pada tahun 2011 hanya sebesar 0,624 menjadi sebesar 0,629. Namun, kenaikan tingkat kebutuhan daging ini tidak diikuti dengan peningkatan produksi daging sapi di Indonesia. Sehingga untuk memenuhi kekurangan tersebut pemerintah telah banyak melakukan impor sapi bakalan dan daging sapi dari negara lain.
Untuk mengurangi impor sapi yang terlalu tinggi yang mengakibatkan menurunnya devisa negara, maka perlu adanya substitusi daging sapi. Salah satu ternak yang memiliki potensi untuk dijadikan sebagai penghasil daging yaitu kelinci. Kelinci (Oryctolagus cuniculus) merupakan salah satu ternak pseudoruminansia yang cukup baik dalam produktivitasnya. Umumnya ternak kelinci dalam satu tahun mampu melahirkan 6 kali dengan jumlah anak per kelahiran (litter size) 2-12 ekor, memiliki siklus reproduksi yang pendek (birahi 4 hari sekali) dan lama bunting 30-32 hari. Kelinci memiliki bobot hidup yang mencapai 4-6 kg untuk jenis kelinci pedaging. Selain itu keunggulan lain dari kelinci adalah dalam daging terkandung protein 20,8%, lemak 10,2%, energi metabolis 73 MJ/kg dan rendah kolesterol 0,1%. Sehingga dalam pengembangannya, kelinci mempunyai prospek cukup baik dalam menanggulangi masalah kekurangan daging sebagai sumber protein secara terus menerus guna menjamin ketersediaan pangan di tingkat masyarakat. (Rahardjo, 2005).
Ternak kelinci di Indonesia dari tahun ke tahun mulai mengalami perkembangan yang cukup baik. Dari data statistik Peternakan Indonesia dapat dilihat populasi kelinci tahun 2009 baru mencapai 834.608 ekor. Pada tahun 2010 telah terjadi peningkatan sebesar 7,6% yaitu mencapai 898.075 ekor. Peningkatan ini disebabkan karena masyarakat Indonesia mulai menyadari bahwa ternak kelinci mampu mencukupi kebutuhan protein hewani. Sehingga terjadi peningkatan yang beragam dalam pengembangannya sesuai dengan tujuan produksi yang ingin dicapai, baik ternak kelinci sebagai ternak laboratorium, ternak kesayangan, ternak penghasil kulit/fur dan ternak penghasil daging. Kini sebagian besar ternak kelinci dikenal sebagai ternak penghasil daging (Manshur, 2009). Dalam penyediaan daging nasional kontribusi daging kelinci memang perlu ditingkatkan.
Salah satu peternakan kelinci terbesar yang berada di daerah Jawa Timur terdapat di Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Kondisi yang mendukung dengan suhu antara 15 sampai 19 derajat celcius sehingga Desa Bumiaji merupakan daerah yang cocok untuk pemeliharaan kelinci. Permintaan daging kelinci yang selalu meningkat, karena daging kelinci merupakan kuliner khas di Kota Batu yang banyak diolah menjadi sate, bakso, dan rica-rica. Desa Bumiaji yang terletak di Kota Wisata Batu sehingga banyak wisatawan yang datang ke Desa Bumiaji hanya untuk mengetahui manajemen pemeliharaan kelinci maupun untuk membeli kelinci hias sebagai hewan peliharaan.
Namun, pada tahun 2011 hingga sekarang populasi kelinci di Desa Bumiaji terus mengalami penurunan. Penyebab utama penurunan populasi kelinci di Desa Bumiaji yaitu berkurangnya bibit kelinci akibat banyaknya peternak yang menjual indukan kelinci untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta mahalnya kebutuhan pakan akibat minimnya pengetahuan peternak dalam hal teknologi pengolahan bahan pakan ternak yang terbuat dari limbah yang memiliki harga lebih murah namun memiliki kualitas yang tinggi.
Ampas tahu merupakan salah satu limbah dari pembuatan tahu. Jumlah produksi ampas tahu di dea Bumiaji sangatlah berlimpah dan belum dimaksimalkan pemanfaatannya sebagai pakan ternak. Dengan teknologi sederhana yaitu dengan proses fermentasi maka keunggulan nilai nutrisi ampas tahu dapat ditingkatkan sehingga dapat menjadikan bahan pakan pengganti yang lebih murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat. Tujuan utama dari proses fermentasi ini adalah dengan meningkatkan TDN (Totalt Digestible Nutrient) dan dengan mengurangi serat kasar sehingga total nutrisi yang dapat terserap saat proses absorsi nutrisi di organ pencernaan ternak dapat bekerja secara maksimal.
Oleh karena itu perlu adanya solusi efektif untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan pembuatan pakan pelet kelinci dari pemanfaatan limbah ampas tahu yang di fermentasi. Pembuatan dan pengolahan pelet ampas tahu ini akan disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi kelinci, agar semua nutrisi tersebut dapat dimanfaatkan oleh tubuh kelinci dan tidak ada nutrisi yang terbuang. Selain itu, pelet juga ditambah bahan pakan lain yang memiliki harga murah. Sehingga harga yang dibutuhkan untuk pembuatan pakan pelet ini tidak terlalu mahal dan dapat meningkatkan produksi kelinci dan pendapatan peternak di Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Batu.